Jelajah Bangunan Wihara atau Klenteng Di Indonesia: Toasebio, Glodok Jakarta Barat (Part 1)

photo author
- Rabu, 4 Januari 2023 | 15:30 WIB
Jelajah Bangunan Wihara atau Klenteng Di Indonesia: Toasebio, Glodok Jakarta Barat (Part 1) (SDS)
Jelajah Bangunan Wihara atau Klenteng Di Indonesia: Toasebio, Glodok Jakarta Barat (Part 1) (SDS)

Terpantau.com – Banyak sekali bangunan wihara atau klenteng  di Indonesia. Semua wihara atau klenteng itu mempunyai kisahnya sendiri-sendiri.

Mungkin agak sukar membedakan antara wihara dan klenteng karena adanya alasan politis dimasa lalu. Wihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Klenteng adalah rumah ibadah penganut taoisme, maupun konfuciusisme.

Karena di Indonesia, kebanyakan yang pergi ke Wihara/kuil/klenteng umumnya adalah etnis Tionghoa, maka menjadi agak sulit untuk dibedakan, karena umumnya sudah terjadi sinkritisme antara Buddhisme, Taoisme, dan Konfuciusisme.

Baca Juga: Pura Dharma Segara Diresmikan, Wujud Toleransi dan Kebersamaan Lintas Iman di Lingkungan TNI AL

Kali ini mari ceritakan tentang Wihara Toasebio.

Jika penasaran tentang arti toasebio, kata ini adalah gabungan dari dua kata yakni Toase yang berarti pesan dan Bio adalah kelenteng.

Dengan demikian toasebio dimaksudkan kelenteng ini menghormati pesan yang dibawa dari China, baik ajaran Terawada ataupun Terayana.

Bangunan tua dengan luas 1.324 meter persegi ini awalnya dimiliki oleh seorang tuan tanah bermarga Tan. Bangunan itu kemudian dihibahkan ke Yayasan Dharma Jaya Toasebio setelah turunan ke empat. Jumlah pengurus sekarang ada 38 orang.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Mengapa Tidak Ada Shio Kucing Di Kalender Imlek

Bangunan tua ini sudah lama berdiri bahkan sebelum pembakaran massal wihara oleh Belanda di tahun 1740.

Pembakaran massal itu menyisakan ukiran kayu melingkar khas Tionghoa di sela lubang yang tidak ikut terbakar.

Selain ukiran kayu itu ada juga empat tiang kayu penyanggah bangunan tengah yang masih asli dan tidak pernah diganti.

Kemudian bangunan yang dibakar itu direnovasi kembali pada tahun 1751, seperti bangunan yang sekarang ada.

Jika berkunjung ke wihara ini maka mata akan dimanjakan dengan warna yang totally merah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tasia Wulandari

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X