Terpantau.com - Tradisi Bakar Batu Papua merupakan salah satu tradisi yang ada di Papua selain Tradisi Sasi. Tradisi ini identik dengan masyarakat Suku Dani. Namun kini, tradisi ini sudah banyak dilakukan juga oleh suku-suku lain di Papua.
Ungkapan syukur pada Tuhan dan simbol solidaritas yang kuat merupakan makna mendalam di dalam Tradisi Bakar Batu.
Tradisi Bakar Batu merupakan ritual memasak bersama yang bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur kepada sang pemberi kehidupan.
Tradisi Bakar Batu turun temurun dari nenek moyang yang masih ada di masyarakat Papua ini masih dilakukan oleh suku–suku di Lembah Baliem, Nabire, Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Paniai, Yuhukimo, Pegunungan Bintang, Dekai, dan daerah lainnya.
Masyarakat menyebutnya pesta bakar batu karena batu benar-benar bakar hingga membara. Kemudian bagian atasnya di tumpuk makanan yang akan mereka masak. Tradisi Bakar Batu di Papua ini melalui persiapan yang panjang sebelum masyarakat melakukan prosesinya.
Baca Juga: Kini Papua Resmi Punya 5 Provinsi Baru
Kaum laki-laki bertugas menyiapkan kayu dan mencari bebatuan yang tidak mudah pecah saat proses pembakaran. Sedangkan para perempuan sibuk mengumpulkan ubi jalar, keladi, dan sayur-sayuran.
Setelah semuanya siap, maka mereka akan segera memulai ritualnya. Babi–babi akan mereka bawa ke lokasi ritual. Masyarakat nantinya akan mengolah dan menghidangkan untuk para tamu.
Tradisi Bakar Batu ini biasaya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama.
Tradisi bakar batu juga sebagai alat bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat, menyambut kabar bahagia, sebagai media perdamaian antar kelompok yang berperang.
Ritual ini juga sering dilakukan untuk menghimpun orang pada prosesi pembukaan ladang, kelahiran, kematian, berburu, membangun rumah, perkawinan, dan juga hal-hal lain yang mengharuskan mobilisasi massa dalam jumlah besar.
Tradisi Bakar Batu juga merupakan simbol kesederhanaan masyarakat Papua. Muaranya ialah persamaan hak, keadilan, kebersamaan, kekompakan, kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan yang membawa pada perdamaian.
Bahkan di komunitas muslim Papua, misalnya, di daerah Walesi Jayawijaya dan komunitas muslim Papua daerah lain, dalam menyambut Ramadhan, mereka juga melakukan Tradisi Bakar Batu. Namun media yang dibakar diganti ayam.
Artikel Terkait
Mau Traveling ke NTT? Jangan Sampai Terlewat 3 Kuliner Ini, Ya!
Wajib Dicoba Nih 7 Kuliner Khas Papua Yang Unik dan Lezat
Warisan Budaya Kuliner UNESCO dari Indonesia, Mulai Rendang hingga Lumpia
Pengabdian TNI Di Tanah Papua, Pelangi Di Intan Jaya