Sejarah Kue Keranjang Hidangan Wajib di Tahun Baru Imlek

Terpantau.com - Kemeriahan tahun baru 2023 baru saja disambut oleh seluruh masyarakat dunia, kini masyarakat keturunan Tionghoa kembali akan menyambut salah satu momen yaitu Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Minggu, 22/1/2023.

Kurang lengkap rasanya kalau Tahun Baru Imlek tanpa beberapa tradisi seperti warna merah, angpau serta Kue Keranjang.

Salah satu tradisi di momen Tahun Baru Imlek, ternyata ada hidangan yang wajib disediakan loh, Kue Kerajang atau nama lainnya niangao.

Kue Keranjang tersebut merupakan simbol rejeki yang berlimpah, anak-anak yang tumbuh dengan baik, posisi yang semakin tinggi.

Dapat diartikan juga sebagai suata harapan agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Dari Negara Vietnam, 'Kue banh day dan banh chung dari Pangeran Tiet-Lieu'

Kue Keranjang ini memiliki sejarah yang panjang. Kira-kira pada 1000 tahun yang lalu, tepatnya pada masa Dinasti Liao (907-1125), orang-orang di Beijing mulai membiasakan diri memakan Kue Keranjang atau niangao pada hari pertama di tahun baru.

Pada Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911), mengonsumsi Kue Keranjang pada tahun baru akhirnya menjadi kebiasaan pada saat Tahun Baru Imlek dan tradisi tersebut sukses dipertahankan hingga sekarang.

Kue Keranjang terbuat dari gula beserta tepung ketan yang menghasilkan tekstur lengket dan kenyal ketika dikonsumsi. Tekstur lengket memiliki arti yang sangat mendalam yaitu ikatan persaudaraan yang erat dan menyatu. Sedangkan Kue Keranjang yang kenyal merupakan simbol dari daya juang yang tinggi untuk mencapai tujuan dalam kehidupan.

Baca Juga: 10 Matahari Terbit yang Melatari Festival Kue Bulan

Selain itu, rasa manis yang diperoleh dari gula juga dapat diartikan sebagai rasa gembira dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.

Kue Keranjang yang berbentuk bulat pun ternyata juga mengandung arti yang penting lho, bentuk bulat Kue Keranjang ini juga disebut melambangkan bahwa keluarga akan selalu bersama tanpa batas waktu. Oleh karena itu, keluarga wajib menjadi prioritas agar kerukunan sesama anggotanya dapat selalu terjaga.***